Kamis, 18 November 2010

GOD? REPRESENTING GOD???

 Banyak gerakan yang muncul akhir-akhir ini terkait dengan pengikisan aqidah umat Islam. Mulai dari yang sifatnya mikro (lokal) sampai pada level makro (dunia). Dengan berbagai atribut yang disajikan, gerakan-gerakan tersebut secara bertubi-tubi datang silih berganti untuk menegasikan (an-nafyu) otentisitas nilai-nilai ilahiah. Integritas ajaran Islam selalu mengalami goncangan tidak hanya dari luar Islam, tetapi ironisnya dari dalam Islam sendiripun seringkali kali kita rasakan.

 Gerakan dari dalam merupakan tantangan terbesar karena sudah menjadi semacam duri dalam daging yang susah untuk menghilangkannya serta diperparah oleh pemahaman sebagian umat Islam yang dangkal sehingga terkadang sulit untuk mendeteksi apakah itu merupakan rekomendasi syariat atau bukan.
 Seperti aliran Ahmadiyah yang banyak mengecoh manusia dengan menyatakan bahwa ada nabi setelah Nabi Muhammad yaitu Mirza Ghulam Ahmad, gerakan Lia Aminuddin yang mengaku mendapatkan wahyu dari Allah melalui perantara jibril dan yang paling aktual sehingga menggegerkan dunia dia adalah seorang laki-laki kribo yang tinggal di wilayah timur Khurasan, tepatnya di India selatan, desa Nilayam Puttapharti yang menegaskan sebagai juru selamat bagi seluruh manusia. Ada yang menyebut dia sebagai Isa Al-Masih, atau Dajjalkah dia sebagaimana yang disinyalir oleh Rosulullah dalam beberapa hadits, sampai-sampai para penganutnya menyebut dia sebagai seorang "Avatar" (Tuhan yang menjelma sebagai manusia).

Yang terakhir ini menjadi perbincangan hangat serta menjadi sorotan masyarakat dunia karena mempunyai keajaiban yang luar biasa (khoriqul ‘adah) dan tidak bisa dicerna oleh akal sehat manusia sehingga banyak orang yang tadinya tidak mempercayai terhadap eksistensi kekuatan Sathya Sai Baba lambat laun malah menjadi pengikut setianya. Walaupun kita belum bisa menyaksikannya secara kasat mata tentang kebenaran tersebut.

Saat ini sudah banyak video yang mengungkapkan kebohongan keajaiban Sai Baba.

lihat Video Kebohongan

Sekilas Tentang Sathya Sai Baba

Sathya Sai Baba (terlahir bernama Sathya Narayana Raju pada tanggal 23 November 1926 – dengan nama keluarga Ratnakaram) adalah seorang Guru Spiritual dari India Selatan yang kontroversial, sering disebut sebagai Avatar dan seorang yang penuh dengan mukjizat. Menurut Organisasi Sathya Sai, terhitung ada sekitar 1.200 Center Sai Baba di 167 negara di dunia (termasuk di Indonesia sendiri sudah ada yayasan Sri Sathya Sai Baba yang berlokasi Jl. Pasar Baru Selatan No. 26, Jakarta Pusat). Jumlah dari pengikut Sai Baba terhitung antara 6 sampai 100 juta orang.

Sathya Sai Baba terlahir sebagai Sathyanarayana Raju dari Peddavenkappa Raju dan Easwaramma, sebuah keluarga petani miskin di daerah pedesaan di pedalaman Puttaparthi, terletak di Distrik Anantapur, Andhra Pradesh. Sejak Ia terlahir setelah Sri Sathyanarayana Puja, Ia dinamakan seperti nama Dewa yang dipuja saat itu. Dikatakan bahwa instrumen-instrumen musik di dalam rumahnya berbunyi dan memainkan musik sendiri ketika Ia dilahirkan.

Riwayat hidup-Nya dalam beberapa volume ditulis oleh Profesor Narayana Kasturi. The British Daily Telegraph menyebut biografi tersebut sebagai Hagiografi (pemberian tentang seorang tokoh suci yang dianggap sebagai mewakili ideal moral dan ketuhanan). Easwaramma mengklaim Ia mengandung seorang bayi setelah bermimpi tentang Dewa Hindu Sathyanarayana dan setelah lingkaran cahaya biru besar bergulung kearahnya, bersatu dengannya dan membuatnya tidak sadarkan diri.

Menurut Howard Murphet dalam bukunya Man of Miracles, Sathya Sai Baba mengikuti kelas sekolah dasar yang lebih tinggi tingkatnya di Bukkapatnam selama tahun ke-8. Ia mempunyai talenta yang istimewa pada seni drama, musik, puisi dan akting, menulis lagu-lagu untuk opera di desanya pada usia 8 tahun. Setelah itu Sai Baba masuk SMA di Uravakonda, berdasarkan Biografi Kasturi.

Kasturi lebih jauh menulis dalam biografinya pada bulan Maret 1940 di Uravakonda sekitar sore hari, Sathya Sai Baba mulai bertingkah seolah-olah seekor kalajengking hitam telah menyengat kakinya. Uravakonda berarti ”bukit ular” dan tempat itu terkenal akan ular dan kalajengkingnya. Bagaimanapun menurut Kasturi tidak ada seorangpun yang menemukan kalajengking saat itu. Suatu malam, lanjut Kasturi, setelah kejadian aneh ini Sai Baba memasuki keadaan yang sama dengan koma, yang mana pengikutnya menyebutnya sebagai keadaan ”keluar dari tubuh”.
Kasturi kemudian menulis bahwa setelah Ia melewati keadaan ini, Ia mulai bersikap dengan cara yang membuat cemas orang tuanya – Ia tidak mau makan, Ia sering berdiam diri dalam jangka waktu yang lama, menceritakan sloka-sloka kuno atau menguraikan kitab-kitab suci Hindu.

Dibawah tekanan keluarganya Sai Baba kembali melanjutkan sekolahnya di Uravakonda pada bulan Juni. Menurut Kasturi, pada 20 Oktober 1940, pada umurnya yang ke-14, Sai Baba membuang buku-bukunya dan mengumumkan bahwa Ia akan pergi. Ia berkata, ”Pengikutku telah memanggilku. Aku mempunyai pekerjaanku sendiri”.

Kemudian Ia menghabiskan waktu tiga hari berikutnya kebanyakan di bawah sebuah pohon di taman seperti inspektur pajak dan banyak orang berkumpul mengelilinginya. Beliau mengajarkan bhajan kepada mereka. Menurut Kasturi, pada usia 15 tahun, Ia dikunjungi oleh seorang Rani dari Chincholi. Suami terakhirnya, Raja adalah pengikut yang sangat bersemangat dari Shirdi Baba. Sathya Sai Baba terdaftar dalam daftar sekolah pada tahun 1942 di dekat desa Bukkapatnam. Tahun 1944, karena berkembangnya jumlah pengikut, ”mandir lama” dibangun diujung desa.

Biografi Kasturi menyebutkan beberapa keajaiban dan tanda-tanda ketuhanan dari Sathya muda. Menurut Howard Murphet, dalam bukunya Sai Baba Man of Miracles, Sathya muda adalah seorang vegetarian dan dikenal karena kebenciannya terhadap kekerasan kepada binatang dan kasih sayangnya kepada orang miskin, orang tidak mampu dan orang tua. Menurut Kasturi dan Sathya Sai Baba sendiri, Sathya muda mengkompisisi bhajan secara spontan (walaupun masih dalam usia semuda 8 tahun) dan sangat berbakat dalam drama, seni tari, musik dan puisi.

Dalam ceramah tahun 1963 Beliau menyatakan diri sebagai reinkarnasi dari Shiva dan Shakti. Dalam ceramah yang sama Sathya Sai Baba berkata bahwa Shirdi Sai Baba adalah inkarnasi dari Shakti dan mengulangi pernyataannya tahun 1976. Dalam penegasannya, biografi Kasturi atau hagiografi dari Sathya Sai Baba menyatakan bahwa Shirdi Sai Baba adalah Inkarnasi Shakti dan bahwa Prema Sai Baba adalah inkarnasi dari Shiva.

Lebih jauh biografi itu menyatakan bahwa Prema Sai Baba akan dilahirkan di daerah Mysore. Menurut artikel Donald Taylor tahun 1987 berjudul ”Charismatic Authorityin the Sathya Sai Babamovement”, deklarasi Sathya Sai Baba tahun 1963 bahwa ia akan bereinkarnasi sebagai Prema Sai Baba adalah strategi Sathya Sai Baba untuk memicu permasalahan mengenai rangkaian usahanya dan dengan begitu mempunyai otoritas penuh di tangannya.

Pada akhir tahun 1960-an beliau menarik para pencari spiritual dari barat dan menjadi populer dengan cepat. Salah satu dari pencari spiritual itu adalah Arnold Schulman, seorang penulis naskah dari Hollywood, yang menulis buku berjudul Baba pada tahun 1971 yang mana ”Untuk beberapa babak dari kehidupan Baba pada masa kecil, terdapat banyak sekali versi, dan pada titik ini penulis menemukan bahwa tidak mungkin lagi memisahkan mana yang fakta dan mana yang legenda”.

Menurut Schulman, membandingkan versi-versi mengenai masa kecil Baba bisa dalam kaitan dengan fakta bahwa ia perlu interpreter-interpreter untuk menginterpretasikan interpreter-interpreter lain. Schulman menyimpulkan bahwa apa yang penerjemah-penerjemah katakan boleh jadi sungguh berbeda dari apa benar-benar dikatakan.

Sai Baba Tertuduh Dajjal

Eksistensi Sathya Sai Baba cukup menggoyah keimanan dan membuat kening kita (umat Islam) berkerut. Karena apa yang terjadi dalam realita sepertinya sesuai dengan apa yang digambarkan dalam hadits seputar karakteristik dan ciri-ciri dajjal tersebut ada pada diri Sai Baba.

Diantara hadits Rosulullah tersebut antara lain, pertama, hadits yang diriwayatkan dari Abu Bakar as-Shiddiq, ia berkata: Rasulullah saw bersabda kepada kami, Dajjal akan keluar dari bumi ini dibagian timur bernama Khurasan (Jamiu at Tirmidzi). Kedua, sabda Rasulullah saw, Ketahuilah, bahwa dia berada di laut Syam atau laut Yaman. Oh tidak, bahkan ia akan datang dari arah timur. Apa itu dari arah timur… dan Beliau berisyarat dengan tangannya menunjuk ke arah timur (Shahih Muslim). Ada sejumlah hadits yang menyatakan sifat-sifat dajjal adalah sebagai berikut.

a. Dalam Sahih Bukhori diriwayatkan bahwasanya Rasulullah SAW pernah memberikan khutbah di hadapan para sahabatnya, lalu beliau menyebutkan Dajjal. Beliau bersabda:

Aku benar-benar akan memperingatkan kalian tentang Dajjal. Tidak ada seorang nabi melainkan ia pernah memperingatkan kaumnya tentang masalah tersebut. Tetapi aku akan mengatakan kepada kalian suatu ucapan yang belum pernah dikatakan oleh seorang nabi pun sebelumku. Dia itu (Dajjal) picak (bermata sebelah) sedangkan Allah tidaklah picak(Sahih Jami’ shogir 3495/ Al-Bany)
b. Dari Ibnu Umar RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: ” Ketika aku sedang tidur aku mengelilingi di Ka’bah?… (beliau menyebutkan bahwasanya ia melihat Nabi Isa bin Maryam, kemudian melihat Dajjal dan menyebutkan sifat-sifatnya). Ibnu Umar berkata: Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang besar tubuhnya, berwarna merah, rambutnya pendek, matanya picak, seakan-akan matanya itu buah anggur yang mengambang, Mereka berkata: “Ini adalah Dajjal, manusia yang paing menyerupainya adalah Ibnu Quthn seorang laki-laki dari Bani Khuza’ah (Sahih Bukhori 13/90 dan Muslim 2/237).

c. Dari Nawwas bin Sam’an RA, ia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda berkaitan sifat Dajjal: “Dia itu seorang pemuda, rambutnya pendek, matanya mengambang, seakan-akan aku menyerupakannya denga Abdul ‘izz bin Qathn” (Sahih Muslim 18/65).

Dan ia dinamakan dengan Masihid Dajjal karena salah satu matanya, yaitu mata kanannya tertutup (picak). Ia akan keluar pada saat kaum muslimin sedang memiliki kekuatan besar dan keluarnya dia adalah untuk mengalahkan kekuatan tersebut.

d. Hadits lainnya adalah hadits yang menjelaskan bahwa tertulis di antara dua matanya “Kaafir” atau “Kafara” sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW:
Sesungguhnya di antara kedua matanya tertulis kaafir” (HR Bukhori 13/91 dan Muslim 18/59).

Walaupun Sathya Sai Baba mempunyai sifat dajjal, tetapi tidak semua ciri-ciri yang disebutkan dalam hadits Rosul terakomodir dalam diri Sai Baba. Ini mengindikasikan bahwa akan terjadi banyak fitnah terkait dengan munculnya dajjal yang juga mempunyai misi untuk mendekonstruksi struktur keyakinan umat Islam yang lebih jauhnya akan menimbulkan ‘erosi’ keimanan.

Sumber: Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas 


Ahmadiyah 
Mirza Ghulam Ahmad
 Mirza Ghulam Ahmad (ميرزا غلام احمد) (lahir di Qadian, Punjab, India, 13 Februari 1835 – meninggal 26 Mei 1908 pada umur 73 tahun), seorang tokoh rohaniawan dari Qadian, India, dia adalah pendiri gerakan keagamaan Ahmadiyah. Dia mengaku sebagai “kedatangan Yesus/Isa yang kedua kalinya”, Mesias yang dijanjikan, Imam Mahdi, begitu juga sebagai Mujaddid diabad ke 14 Islam. bagaimanapun, pengakuannya tidak begitu saja diterima oleh sebagian umat Muslim dan sebagian besar melihatnya sebagai nabi palsu.

Biografi:
Masa awal
 Hazrat Mirza Ghulam Ahmad. Nama yang asli hanyalah Ghulam Ahmad. Sedangkan "Hazrat" adalah kata penghormatan kepada dia oleh para pengikutnya. Kata "Mirza" melambangkan keturunan bangsawan dari Moghul. Adalah merupakan kebiasaan, dia suka menggunakan nama Ahmad agar lebih ringkas.
Hazrat Ahmad adalah keturunan Haji Barlas, raja kawasan Qesh, yang merupakan paman Amir Tughlak Temur. Tatkala Amir Temur menyerang Qesh, Haji Barlas sekeluarga terpaksa melarikan diri ke Khorasan dan Samarkand, dan mulai menetap disana. Tetapi pada abad ke 10 Hijriah atau abad ke 16 Masehi, seorang keturunan Haji Barlas bernama Mirza Hadi Beg beserta 200 orang pengikutnya hijrah dari Khorasan ke India karena beberapa hal, dan tinggal di kawasan sungai Bias dengan mendirikan sebuah perkampungan bernama Islampur, 9 km jauhnya dari sungai tersebut.
Ia lahir di Punjab, India pada 13 Februari 1835 atau 14 Syawal 1250 H, pada waktu salat subuh hari Jumat, di rumah Mirza Ghulam Murtaza di desa Qadian. Ia lahir dalam sebuah keluarga yang berkecukupan sebagai bayi kembar, namun kembarannya meninggal saat lahir.
Dia dikabarkan selalu menghabiskan waktunya di mesjid dengan mempelajari Al Qur'an dan pelajaran agamanya, Islam. Hal itu tidak sesuai dengan kemauan ayahnya yang ingin agar dia menjadi seorang pengacara atau seorang pegawai negeri. Dalam mempelajari hal-hal keagamaan, dia selalu berinteraksi dengan banyak orang Islam, orang non Islam, dan dengan misionaris Kristen yang selalu diajaknya berdiskusi.
  
Awal Pengakuannya 

Ketika Ahmad berumur 40 tahun, ayahnya wafat. Waktu itu Ahmad mengaku bahwa Tuhan telah berkomunikasi dengannya melalui wahyu. Sejak saat itu Ahmad banyak menulis untuk melawan apa yang menurutnya sebagai tulisan-tulisan anti Islam dari berbagai kelompok misionaris Kristen. Dia juga fokus dalam melawan berbagai dampak yang dilakukan oleh kelompok-kelompok seperti Brahma Samaj. Selama periode ini dia sangat diterima oleh berbagai golongan Islam yang ada saat itu.

Kematian Mirza Ghulam Ahmad

Tidak sedikit para ulama yang menentang dan berusaha menasehati Mirza Ghulam Ahmad (MGA) agar ia bertaubat dan menghentikan dakwah yang dibawanya itu. Namun, usaha itu tidak juga membuat pemimpin Ahmadiyah ini surut dalam menyebarkan dakwahnya.
Salah satu keberatan yang dialamatkan kepada Pendiri Jemaat Ahmadiyah adalah Mirza Ghulam Ahmad telah mengajukan sebuah doa untuk menantang (Mubāhalah) Maulvi Sanaullah yakni jika diantara mereka berdua salah satunya adalah orang yang sesat dan palsu. Saat itu Mirza Ghulam Ahmad berumur 62 tahun dan Maulvi Sanaullah yang berasal dari Amritsar adalah seorang muda berusia 29 tahun. Daftar nama para ulama yang diajak ber-mubahalah oleh MGA telah di lampirkan dalam buku Anjam-e-Aatham (1897).
Maulvi Sanaullah diam beberapa tahun lamanya tidak menanggapi tantangan tersebut. Setelah sekitar lima tahun lamanya, para pendukungnya mulai menekan dia untuk menanggapi mubāhalah itu. Menanggapi hal itu Mirza Ghulam Ahmad kemudian menulis dalam buku Ijaz Ahmadi yang di terbitkan pada tahun 1902 sebagai berikut:
"Saya telah melihat pemberitahuan Maulvi Sanaullah dari Amritsar yang mana ia menyatakan memiliki keinginan yang tulus suatu keputusan, bahwa ia dan saya seyogyanya berdoa sehingga salah seorang di antara kita yang berdusta akan menemui ajal semasa hidup orang yang benar"
Tahun 1902 dan buku Ijaz Ahmadi diterbitkan pada bulan November di tahun yang sama. Menanggapi hal itu Maulvi Sanaullah menerbitkan sebuah buku berjudul Ilhamat Mirza (Wahyu-wahyu Mirza),
ia menulis:
"Saya tidak pernah mendakwakan diri seperti Anda bahwa saya seorang Nabi, atau seorang Rasul, atau seorang anak Tuhan, atau seorang penerima wahyu. Saya tidak dapat, oleh karena itu, tidak berani untuk ikut dalam pertandingan semacam itu. Perkataan Anda bahwa jika saya mati sebelum Anda, Anda akan menyatakan bahwa itu adalah bukti kebenaran Anda dan jika Anda mati sebelum saya, maka siapakah yang akan pergi ke kuburan Anda untuk diminta pertanggung-jawabannya? Itulah sebabnya mengapa Anda mengemukakan tantangan yang konyol itu. Saya menyesal bagaimana pun juga, saya tidak berani ikut dalam kontroversi seperti itu dan kurangnya keberanian saya ini merupakan sumber kehormatan bagi saya dan bukanlah suatu sumber kehinaan."
Banyak dari penentang Ahmadiyah membuat cerita mengenai penyebab kematian Mirza Ghulam Ahmad, dikatakan oleh penentang MGA meninggal di kamar mandi akibat ratusan kali buang air besar karena sakit kolera. Memang benar MGA beberapa kali buang air besar karena sakit diare bukan kolera. Mirza Ghulam Ahmad wafat dengan tenang diatas peraduannya dan kepergiannya disaksikan oleh keluarga, Sahabat dan kerabatnya pada tanggal 26 Mei 1908, pukul 10:30 pagi. Mirza Ghulam Ahmad wafat setelah 10 tahun ber-mubāhalah dengan Maulvi Sanaullah, dan pada saat itu (1907) Maulvi pun menulis karangannya Ahlul Hadits, sebagai berrikut:
"Al-Qur'an menyatakan bahwa orang-orang yang berbuat kezaliman mendapat kelonggaran dari Tuhan. Sebagai contoh dikatakan "Barangsiapa berada dalam kesesatan, maka biarlah Yang Maha Pemurah memperpanjang tempo baginya" (19:76), dan: "Kami memberikan kelonggaran bagi mereka sehingga mereka dapat memperbanyak dosanya" (3:179), "Tuhan akan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka" (2:16), dan: "Sebenarnya Kami telah memberikan mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan sehingga panjanglah umur mereka" (21:45)."
Dengan demikian Maulvi Sanaullah tidak hanya menolak tantangan Mirza Ghulam Ahmad untuk ber-mubāhalah, melainkan ia telah mengemukakan suatu prinsip bahwa para pendusta, penipu, perusuh dan pemberontak diberikan umur yang panjang.
Setelah mengetahui fakta mengenai sakit dan wafatnya Mirza Ghulam Ahmad, sekarang yang menjadi persoalan dari segi aqidah adalah: Apakah sakit diare akut yang menyerang isi perut MGA dapat dikategorikan sebagai penyakit yang diridhai oleh Tuhan atau tidak?

 
Rujukan:
  1. ^ (id) Ahmadiyah & Pembajakan Al-qur'an, Gema Insani
  2. ^ (id) Armansyah, Jejak nabi palsu, Hikmah, 2007 ISBN 979-1141-43-6, 9789791141437
  3. ^ (id) A. Yogaswara, Heboh Ahmadiyah: mengapa Ahmadiyah tidak langsung dibubarkan?, Media Pressindo, 2008 ISBN 979-16810-9-0, 9789791681094
  4. ^ (id) Yazid bin Abdul QJ., Syarah 'Aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah, Niaga Swadaya ISBN 979-3536-64-0, 9789793536644
  5. ^ (id) Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, PT LKiS Pelangi Aksara, 2005, ISBN 979-8451-49-X, 9789798451492
  6. ^ (id) Asep Burhanudin, Ghulam Ahmad: jihad tanpa kekerasan, PT LKiS Pelangi Aksara, 2005 ISBN 979-8451-48-1, 9789798451485
  7. ^ http://www.alislam.org/library/links/amritsar.html
Sumber: Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Lia Aminuddin ( LIA EDEN )


Lia Aminuddin atau lebih dikenal sebagai Lia Eden (lahir di Surabaya, Jawa Timur pada 21 Agustus 1947 adalah pemimpin kelompok kepercayaan bernama Kaum Eden yang kontroversial. Ibunya bernama Zainab, dan bapaknya bernama Abdul Ghaffar Gustaman, seorang pedagang dan pengkhutbah Islam aliran Muhammadiyah. Pada umur 19 tahun, Lia menikah dengan Aminuddin Day, seorang dosen di Universitas Indonesia dan dikaruniai empat orang anak.


Pada awalnya dia adalah seorang ibu rumah tangga yang menempuh pendidikan hanya sampai jenjang SMA dan sebelumnya mempunyai profesi sebagai perangkai bunga bahkan pernah mempunyai acara tampilan khusus mengenai merangkai bunga di TVRI. 

Pengakuan Bertemu dengan Malaikat Jibril

 Menurut Lia, peristiwa ajaibnya yang pertama adalah sewaktu dia melihat sebuah bola bercahaya kuning berputar di udara dan lenyap sewaktu baru saja ada di atas kepalanya. Hal ini terjadi sewaktu dia sedang bersantai dengan kakak mertuanya di serambi rumahnya di kawasan Senen, Jakarta Pusat pada 1974.

Menurutnya lagi, peristiwa ajaib kedua yang telah megubah prinsip hidupnya berlaku pada malam 27 Oktober 1995 kala dia sedang shalat. Pada masa itu, dia telah merasakan kehadiran pemimpin rohaninya, Habib al-Huda yang mengaku dirinya sebagai Jibril pada waktu itu. Setelah itu Lia Eden mengaku dia menerima bimbingan Malaikat Jibril secara terus menerus sejak 1997 hingga kini.
Selama dalam proses pembimbingan itu, ia mengatakan bahwa Malaikat Jibril menyucikan dan mendidik Lia Eden melalui ujian-ujian sehari-hari yang sangat berat, termasuk pengakuan-pengakuan kontroversial yang harus dinyatakannya kepada masyarakat atas perintah Jibril. Proses penyucian itu menurut ia sangat berat dan tak pernah berhenti hingga kemudian Tuhan memberinya nama Lia Eden sebagai pengganti namanya yang lama.
Di dalam penyuciannya, ia mengatakan bahwa Tuhan menyatakan Lia Eden sebagai pasangan Jibril sebagaimana ditulis di dalam kitab-kitab suci sebelumnya. Dan ia mengatakan bahwa dialah yang dinyatakan Tuhan sebagai sosok surgawi-Nya di dunia.

Pencetus Pemahaman Baru

  Selain menganggap dirinya sebagai menyebarkan wahyu Tuhan dengan perantaraan Jibril, dia juga menganggap dirinya memiliki kemampuan untuk menyembuhkan penyakit. Dia juga telah mengarang lagu, syair dan juga buku sebanyak 232 halaman berjudul, "Perkenankan Aku Menjelaskan Sebuah Takdir"

 yang ditulis dalam waktu 29 hari.Pada 1998, Lia menyebut dirinya Imam Mahdi yang muncul di dunia sebelum hari kiamatBunda Maria, ibu dari Yesus Kristus. Lia juga mengatakan bahwa anaknya, Ahmad Mukti, adalah reinkarnasi Yesus Kristus. untuk membawa keamanan dan keadilan di dunia. Selain itu, dia juga menyebut dirinya sebagai reinkarnasi.

Pemahaman yang dibawa oleh Lia ini berhasil mendapat kurang lebih 100 penganut pada awal diajarkannya. Penganut agama ini terdiri dari para pakar budaya, golongan cendekiawan, artis musik, drama dan juga pelajar. Mereka semua dibaptis sebagai pengikut Salamullah.
 Pada bulan Desember1997, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah melarang perkumpulan Salamullah ini karena ajarannya dianggap telah menyelewengkan kebenaran mengenai ajaran Islam. Kelompok ini lalu membalas balik dengan mengeluarkan "Undang-undang Jibril" (Gabriel's edict) yang mengutuk MUI karena menganggap MUI berlaku tidak adil dan telah menghakimi mereka dengan sewenang-wenang.
Kelompok Salamullah ini juga terkenal karena serangannya terhadap kepercayaan masyarakat Jawa, mengenai mitos Nyi Roro Kidul yang didewakan sebagai Ratu Laut Selatan. Pada tahun 2000, Salamullah ini diresmikan oleh pengikut-pengikutnya sebagai nama kelompok. Kelompok Salamullah mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang terakhir tetapi juga mempercayai bahwa pembawa kepercayaan yang lain seperti Buddha Gautama, Yesus Kristus, dan Kwan Im, dewi pembawa rahmat yang disembah orang Tionghoa, akan muncul kembali di dunia.
Sejak 2003, kelompok Salamullah ini memegang kepercayaan bahwa setiap agama adalah benar adanya. Kelompok yang diketuai Lia Eden ini yang kemudian berubah nama yang kini dikenal sebagai Kaum Eden.

Sumber: Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.
Apologetics Index (2006). Lia treads a hazardous path from dried flower arrangement to Eden

Refleksi Universal

Fenomena yang mucul belakangan ini merupakan tantangan zaman bagi seluruh umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada khusunya. Apalagi terkait dengan penegasan aqidah sehingga kita perlu merekonstruksi diri untuk memperteguh nilai-nilai transendental yang sudah diterjemahkan melalui Al-Qur’an, Hadits dan disiplin-disiplin ilmu lainnya. Tindakan preventif yang harus dilakukan oleh kita adalah mempertebal kayakinan kita akan otentisitas kebenaran ajaran Islam.

Wallahu a’lam bis shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar