Selasa, 07 Desember 2010

ALAM SEMESTA

Misteri Dark 'Energy' Alam Semesta
Dark matter (biru) di klaster galaksi raksas, Abell 1689 (NASA| Telegraph)

Para ilmuwan terus menyelidiki 'dark energy', salah satu misteri terbesar alam semesta.

Alam semesta akan terus berkembang selamanya. Demikian disimpulkan ilmuwan NASA dalam sebuah studi terbaru tentang salah satu teka-teki astronomi terbesar, 'dark energy' atau 'energi gelap'.

Para peneliti Badan Antariksa AS, NASA menggunakan Teleskop Hubble mengamati dark energy --  yang diyakini sebagai energi yang mendorong perkembangan alam semesta dalam kecepatan yang terus meningkat.

Ditemukan pada 1998, para astronom belum mendenifisikan apa kekuatan misterius itu -- kecuali bahwa kekuatan itu tak terlihat dan membuat 'bongkahan besar alam' semesta' sebesar  72 persen dari ukurannya.

Hampir seperempatnya, yakni 24 persen diyakini sebagai 'dark matter' atau 'materi gelap' yang juga misterius -- namun lebih mudah untuk dipelajari daripada 'energi gelap' karema efek gravitasinya.

Bagian yang tersisa dari alam semesta, sekitar 4 persen, dibuat dari unsur sama yang membentuk manusia, planet, bintang dan segala sesuatu yang terbuat dari atom.

Dengan menggunakan 'kaca pembesar raksasa galaksi' -- tim ilmuwan internasional yang dipimpin Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, California -- menyimpulkan distribusi dark energy berarti alam semesta tak akan pernah berhenti tumbuh, berkembang.

Temuan ini, yang akan dipublikasikan alam jurnal Science Kamis 19 Agustus 2010 -- juga menemukan pada akhirnya dark energy akan mati dan menjadi seolah gurun dingin.

Para ilmuwan menggunakan Hubble dan teleskop besar milik Badan Antariksa Eropa (ESO), Very Large Telescope untuk mengobservasi bagaimana cahaya dari bintang yang jauh terdistorsi di dekat gugus atau klaster galaksi yang dinamakan Abell 1689.

Galaksi-galaksi tersebut -- yang ditemukan di konstelasi Virgo adalah salah satu klaster galaksi terbesar yang dikenal dalam ilmu pengetahuan.

Karena massanya yang besar, ilmuwan mengatakan itu 'seakan adalah sebuah kaca pembesar kosmik' yang menyebabkan cahaya membelok di sekitarnya.

"Kami harus mengamati semua sisi dari dark energy," kata Profesor Eric Jullo dari JPL, yang memimpin penelitian.

"Sangat penting untuk memiliki beberapa metode, dan sekarang kami mendapatkan yang baru, yang  sangat kuat."

"Yang saya suka tentang metode baru kami adalah bahwa ini sangat visual.  Anda secara harfiah bisa  melihat  gravitasi dan dark energy menikung di tampilan  latar belakang galaksi, ke dalam busur."

Ditambahkan dia, kesimpulan penelitian ini adalah, ilmuwan bisa mengatakan untuk kali pertamanya bahwa alam semesta melakukan ekspansi yang -- akan terus menerus berlanjut dan alam semesta akan berkembang selamanya.

Sementara, Priya Natarajan, kosmolog dari Yale University, yang merupakan bagian dari tim, menambahkan, tim akan mengaplikasikan teknik ini ke lensa gravitasi yang lain.

Sumber: VIVAnews 

 
Bulan Kini Mulai Mengkerut


Bulan, yang merupakan satelit alami bumi, ternyata mengkerut.  Hasil riset terbaru menunjukkan proses itu terlihat dari berbagai retakan pada kerak bulan. Retakan-retakan yang menyebabkan bulan menyusut itu terbentuk karena proses pendinginan selama miliaran tahun.

Alhasil, diameter benda yang tampak indah dari bumi itu berkurang sekitar 328 kaki atau 100 meter. Tentu saja perubahan ukuran itu tidak dapat diamati dengan mata telanjang. Diameter bulan sendiri adalah sekitar seperempat dari bumi.

Peneliti menemukan 14 titik yang diyakini telah menyebabkan kerutan di kerak bulan, dalam bentuk seperti jurang yang curam. Hal itu dijelaskan Thomas R. Watters dari Pusat Pengamatan Bumi dan Planet-Planet dari Museum Antariksa dan Udara Smithsonian, AS.
Awalnya, peneliti menemukan lereng-lereng curam itu di garis khatulistiwa bulan. Tetapi belakangan, hal itu juga ditemukan di berbagai tempat lainnya. Tebing-tebing curam itu memanjang membentuk suatu kawah kecil yang cenderung menghilang dalam kurun waktu tertentu. Ini menunjukkan lereng-lereng itu terbentuk dalam waktu yang sangat panjang.

"Temuan yang paling menakjubkan adalah bahwa kontraksi itu masih terjadi dan menunjukkan bahwa kerutan bulan terus aktif," kata Watters. (Associated Press | kd)

(Berbagai Sumber)



 Temuan Megabintang Ancam Teori Black Hole

Sebuah bintang neutron yang memiliki medan magnet yang kuat mengancam teori evolusi bintang dan kelahiran lubang hitam (black hole).

Magnetar ini terletak di klaster bintang-bintang, Westerlund 1 yang jaraknya 16.000 tahun cahaya dari Bumi, tepatnya di rasi Ara, Altar.

Westerlund 1 ditemukan pada tahun 1961 oleh astronom Swedia. Westerlund 1 adalah salah satu klaster bintang terbesar di galaksi Bima Sakti -- terdiri dari ratusan bintang yang sangat besar -- di antaranya bersinar dengan kecemerlangan hampir sejuta kali Matahari. Beberapa bintang bahkan berukuran 2.000 kali diameter Sang Surya.

Dalam standar alam semesta, klaster ini masih berusia sangat muda. Bintang-bintang itu lahir dalam sebuah peristiwa tunggal, sekitar 3,5 juta hingga 5 juta tahun lalu.

Westerlund 1 adalah sisa-sisa beberapa magnetar galaksi -- jenis tertentu dari bintang neutron yang terbentuk dari ledakan supernova -- yang dapat menggunakan sejuta medan magnet, miliaran kali lebih kuat daripada Bumi.

Bintang Westerlund yang akhirnya menjadi magnetar tentunya memiliki setidaknya 40 kali massa Matahari. Demikian menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Astronomy and Astrophysics.

Sejumlah pertanyaan lantas muncul. Asumsi utama yang berkembang adalah bahwa bintang di antara 10 dan 25 massa Matahari akan membentuk bintang neutron.

Sementara, bintang di atas 25 kali massa Matahari akan menghasilkan lubang hitam (black hole) -- monster gravitasi yang terbentuk saat sebuah bintang sekarat, lalu kolaps ke dalam dirinya sendiri.

Menurut asumsi itu, induk magnetar seharusnya telah menjadi lubang hitam -- karena ukurannya yang besar. 

Namun menurut ilmuwan, ada alternatif lain. Bahwa bintang 'meramping' ke massa yang lebih rendah, memungkinkan dia menjadi bintang neutron.

Bagaimana itu terjadi? Jawabannya, kata laporan itu, terletak dalam dalam binary system: bintang yang menjadi magnetar lahir beserta pendamping bintang yang lain.

Saat berkembang, keduanya mulai berinteraksi, seperti kembaran yang jahat -- bintang pendamping itu mencuri massa dari leluhurnya. Hingga akhirnya leluhur bintang meledak menjadi supernova.

Menurut teori, pasangan ini terpisah oleh ledakan dan kedua bintang terlontar keluar dari klaster, hanya meninggalkan sisa-sisa pijar yang magnetar.

"Jika benar, ini menunjukkan bahwa sistem biner mungkin memainkan peran kunci dalam evolusi bintang," kata Simon Clark, yang memimpin tim.

Para ilmuwan  menggunakan Teleskop di Observatorium Eropa Selatan di Paranal, Chile, untuk membuat pengamatan.

Sistem biner ini bisa dikatakan sebagai "rencana diet kosmis '' untuk bintang kelas berat, yang bisa kehilangan lebih dari 95 persen dari massa awal mereka," katanya.


(Berbagai Sumber)



Potret Galaksi Spiral Menakjubkan dari Hubble
Galaksi spiral yang ditangkap Teleskop Hubble (NASA)

Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) kembali mengeluarkan foto spektakuler galaksi di ruang angkasa.

NASA melalui Teleskop Hubble mengabadikan foto menakjubkan, sebuah galaksi spiral yang jaraknya triliunan mil dari Bumi.

Galaksi yang dinamakan NGC 4911 berbentuk melingkar, seperti roda. Galaksi itu terletak 320 juta cahaya dari Bumi -- tepatnya  di 'Coma Cluster' -- yang terdiri dari 1.000 galaksi dan kumpulan bintang-bintang yang mirip dengan Galaksi Bima Sakti.

NASA memberi judul gambar itu, 'Island Universe' atau 'Pulau Alam Semesta' -- menunjukkan wajah megah galaksi spiral di konstelasi Coma Berenices utara, di tengah lautan bintang-bintang.

Galaksi ini terdiri dari jalur yang kaya debu dan gas di dekat pusat lingkaran galaksi.

Juga siluet cahaya dari gugus bintang yang baru lahir dan awan hidrogen merah muda, yang mengindikasikan formasi pembentukan bintang masih berlangsung, belum mandeg.

Ilmuwan NASA mengatakan, kluster ini adalah salah satu koleksi terpadat dari galaksi terdekat di alam semesta. Dan akibat dari kepadatan ini, masing-masing galaksi seringkali berinteraksi secara 'sengit'.

Gambaran dengan warna natural dirilis oleh NASA dengan cara mengkombinasikan data dari tahun 2006, 2007, dan 2009. NASA juga merilis foto galaksi ini dengan resolusi tinggi.

Foto ini diambil menggunakan kamera termutakhir Hubble, Wide Field Planetary Camera 2 dan Advanced Camera for Surveys -- yang butuh exposure time selama 28 jam

Formasi tipis panjang, yang terlihat di sepanjang "lengan" dari galaksi utama, adalah hasil dari melintasnya galaksi terdekat, yang 'dengan bahaya' mendekat satu sama lain.

"Kamera beresolusi tinggi Hubble, dipasang agar memungkinkan untuk mengamati detail-detail samar", kata juru bicara NASA, seperti dimuat Telegraph.

"Galaksi dan spiral lainnya di dekat pusat kluster diubah oleh hentakan gravitasi galaksi di sekitarnya."




 Cari Koloni Bumi, Jika Manusia Tak Mau Musnah

Astrofisikawan, Stephen Hawking kembali mengeluarkan pernyataan kontroversial. Setelah melarang manusia melakukan kontak dengan mahluk luar angkasa atau alien, Hawking kini menyerukan agar manusia segera mencari koloni Bumi.

Hawking memperingatkan, manusia harus menjelajah alam semesta dalam beberapa abad, atau spesies manusia bisa punah.

Ia khawatir, karena manusia saat ini dalam bahaya besar. Masa depan spesies manusia, kata dia, 'berada di ruang angkasa'. Itu jika ingin selamat.

Dalam sebuah wawancara, Hawking mengatakan ancaman terhadap eksistensi manusia, seperti perang, penurunan sumber daya alam, dan overpopulasi berarti meningkatkan risiko hidup di Bumi berkali lipat.

"Sangat sulit untuk menghindar dari bencana dalam beberapa ratus tahun mendatang, apalagi dalam ribuan atau jutaan tahun ke depan," kata Hawking kepada situs Big Think, seperti dimuat laman Telegraph, 9 Agustus 2010.

"Satu-satunya agar manusia bisa bertahan dalam jangka waktu lama adalah untuk tidak tergantung pada Bumi. Manusia harus pindah, menyebar di luar angkasa," kata dia.

Dalam seratus tahun ini, tambah Hawking, manusia telah membuat kemajuan luar biasa dalam penjelajahan luar angkasa. Namun, ini belum cukup. "Ini sebabnya saya mendukung misi penerbangan luar angkasa."

Sebelumnya, Hawking sempat memperingatkan bahwa eksplorasi luar angkasa bukannya tanpa bahaya.

Dalam seri Discovery Channel, ia memperingatkan manusia untuk berhati-hati dalam melakukan kontak dengan bentuk kehidupan asing. Para alien itu mungkin tak ramah.

Namun, selama manusia adalah mahluk cerdas di galaksi ini, dan menghindari untuk menciptakan kehancuran yang berakibat pada diri sendiri, manusia akan selamat. 

"Saya melihat bahaya besar bagi umat manusia," kata Hawking.
Sebab, banyak keteledoran yang dilakukan manusia. Misalnya, krisis rudal Kuba tahun 1963. Hal seperti itu bisa meningkat di masa depan.

"Tapi aku optimistis. Jika kita dapat menghindari bencana selama dua abad berikutnya, spesies kita akan aman, karena kita menyebar ke ruang angkasa," kata Hawking.

Penyebaran ke luar angkasa tak semudah membalik telapak tangan. Mengekplorasi planet lain adalah tantangan yang berat. Apalagi mengkondisikannya sebagai koloni Bumi.

Itu diungkap astrofisikawan University of Michigan, Katherine Freese. Dia mengatakan, bintang terdekat dengan Bumi adalah Proxima Centauri yang letaknya sejauh 4,2 tahun cahaya.

Itu berarti bahwa, jika kita bepergian dengan kecepatan cahaya, perlu 4,2 tahun untuk sampai ke sana.

"Atau sekitar 50.000 tahun [waktu Bumi] perjalanan dengan menggunakan roket tercanggih saat ini."




Spektakuler Tumbukan Galaksi
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) merilis foto  dan video spektakuler tumbukan dua galaksi.

Disebut sistem Galaksi Antennae  karena bentuknya seperti antrena. Ia terletak di 62 juta tahun cahaya dari Bumi -- disajikan dalam  gambar komposit dari Observatorium Chandra X-ray (warna Biru), teleskop Hubble (warna emas), dan teleskop Spitzer (warna merah).

Tumbukan yang terjadi sejak  lebih dari 100 juta tahun lalu ini memicu pembentukan  jutaan bintang di awan -- yang terbentuk dari debu dan gas -- di galaksi. Yang terbesar dari bayi bintang ini telah melampaui evolusi mereka dalam beberapa juta tahun meledak sebagai supernova.

Gambar X-ray dari Chandra menunjukkan awan besar yang panas, gas interstellar -- yang telah disuntik dengan unsur yang kaya  dari ledakan supernova. Gas ini kaya dengan elemen seperti oksigen, besi, magnesium, dan silikon -- yang akan digabungkan ke dalam unsur bintang atau planet baru.

Sementara, titik-titik terang dalam gambar disebabkan materi yang jatuh ke dalam lubang hitam (black hole) dan
juga neutron dari sisa-sisa bintang besar. Beberapa lubang hitam diperkirakan memiliki massa yang hampir seratus kali Matahari.

Sedangkan data dari  Spitzer menunjukkan cahaya inframerah dari awan debu hangat yang telah dipanaskan oleh bintang-bintang yang baru lahir -- dengan awan yang melayang berada di tengah dua galaksi.

Data Hubble menggambarkan bintang tua berwarna merah, filamen debu dalam warna cokelat, dan bintang-bintang yang baru lahir berwarna kuning dan putih. Objek redup dalam gambar optik adalah kelompok yang berisi ribuan bintang.



Benarkah Mars Mendekat ke Bumi 27 Agustus?

Akhir-akhir ini beredar kabar di internet bahwa Planet Mars akan mendekat ke Bumi pada 27 Agustus. Dikatakan bahwa dilihat dengan mata telanjang, planet merah itu akan terlihat sebesar bulan purnama dari Bumi.
Saat itu, Bumi seakan-akan memiliki dua bulan.

Pesan yang beredar ini bukan kali pertamanya. Pesan yang sama telah beredar pada 2004 lalu -- dalam format email -- berjudul 'Mars Spectacular' yang dikirim oleh sumber anonim. Namun, tak disebutkan di tahun berapa, momentum 27 Agustus itu akan terjadi.

Berita ini menyebar dengan cepat melalui dunia maya. Isi email itu, pada 27 Agustus Mars akan mendekat ke Bumi, hanya dalam jarak 34,65 mil (55 juta kilometer), peristiwa langka yang terjadi dalam 60.000 tahun terakhir. 

Selain penampakan Mars sebesar penampilan Bulan, mendekatnya planet itu ke Bumi akan menimbulkan masalah gravitasi pada Bumi, membuat masalah pasang surut yang mengganggu.

Untungnya kabar mendekatnya Mars ke Bumi adalah berita bohong.  Menurut juru bicara  Planetarium Scienceworks, Rohan Astley, email yang sama terus beredar setiap tahun, mendekati Bulan Agustus.

Ditambahkan dia, memang Mars pernah mendekat ke Bumi, tapi bukan tahun ini.

"Mars memang pernah mendekat ke Bumi pada Agustus 2003, namun penampakan planet merah itu hanya jelas terlihat melalui teleskop, tidak dengan mata telanjang," demikian dimuat laman News.com.au, Senin 9 Agustus 2010.

Seperti dimuat laman Space, 27 Agustus yang dimaksud oleh email itu, adalah 27 Agustus 2003, saat Mars mendekat ke Bumi dalam jarak 55,7 juta kilometer.
Teleskop Hubble saat itu mengabadikan gampar spektakuler dari Mars. Namun saat itu, dengan mata telanjang, Mars hanya terlihat tak lebih dari bintang oranye terang, sama sekali tak terlihat seperti bulan purnama.

Tahun 2010 ini, Mars akan terlihat kecil, tak semencolok penampakannya pada 2003.


Bulan Ini, Tiga Planet Bermunculan
Gambar planet Jupiter saat dihantam benda asing (kiri atas) (AP Photo/Anthony Wesley)

Bulan Agustus adalah saat yang tepat bagi pengamat astronomi, terutama yang gandrung mengamati benda-benda angkasa di sekitar Bumi. Pasalnya, di bulan ini banyak pemandangan angkasa yang bisa dinikmati dan dipelajari.

Dalam beberapa hari mendatang, tiga planet paling terang di galaksi Bima Sakti bisa disaksikan langsung dari Bumi. Planet Venus, Mars, dan Saturnus bisa dilihat saat mereka saling mendekat.

Seperti dikutip dari laman Space.com, pada malam 7 dan 8 Agustus waktu AS, tiga planet tersebut hanya akan terpisah lima derajat satu sama lain dan bisa disaksikan di langit barat selepas senja. Pemandangan terbaik dari trio planet ini hanya bisa disaksikan 60 hingga 90 menit setelah matahari tenggelam sebelum mereka akan makin tenggelam dan tidak lagi berada di atas horison.

Bersama-sama mereka akan membentuk formasi segitiga. Bagi pengamat amatir, berikut trik mengidentifikasi masing-masing planet. Venus adalah planet terbesar dan paling terang dibanding Mars dan Saturnus. Planet Saturnus akan berada tepat di samping Venus, dengan warna kekuningan. Kemudian, Planet Mars yang akan berada di atas kedua planet tersebut, memancarkan warna kemerahan.

Bulan akan ikut meramaikan pemandangan alam semesta ini pada 12 Agustus malam hingga menjelang 13 Agustus. Saat itu, Bulan dalam bentuk sabit akan berada di sisi kiri Venus dengan Mars di atas mereka dan Saturnus di sisi bawah. Dan jangan lupakan Merkurius yang akan berdiam di bawah kumpulan benda angkasa tadi. Semua akan berkumpul di horison barat.

Dua pekan pertama bulan Agustus menjadi saat yang baik untuk menyaksikan Merkurius, planet yang relatif belum tereksplorasi tersebut. Pada 12 Agustus, Bulan yang nanti tampak lebih tipis, akan berada di atas Merkurius.

Akhirnya, pada 27 Agustus, Bulan dalam bentuk nyaris purnama akan terletak di bahwa Yupiter, raja para planet. Saat itu, tengoklah ke langit timur mulai pukul 9 malam.


 Penampakan 'Mata Banteng' di Planet Mars
Mata banteng di Mars ( NASA/JPL/University of Arizona)

Sebuah penampakan 'mata banteng' di Planet Mars dikirim ke Bumi dari kamera berteknologi tinggi milik Badan Antariksa AS, NASA yang mengorbit di planet merah itu.

Foto kawah yang tak biasa ini diambil oleh kamera High Resolution Imaging Science Experiment (HiRISE) yang dipasang pada satelit  Mars Reconnaissance Orbiter.

Foto ini dirilis NASA baru-baru ini. Meski sebenarnya Mars Reconnaissance Orbiter memotret kawah unik itu pada 9 Juli 2010 lalu. Lokasinya di 46,6 derajat lintang dan 194,9 derajat Bujur Timur pada permukaan Mars.

Kini tugas para ilmuwan untuk mengungkap apa sebenarnya yang menyebabkan adanya tonjolan di pusat kawah Mars.

Apakah itu merupakan produk lapisan bawah permukaan Mars atau tercipta akibat dampak tubrukan.

"Tubrukan di lapisan Mars bisa diakibatkan material kuat atau lemah, misalnya kaya es dengan tidak non-kaya-es, menghasilkan terasering seperti yang terlihat antara lubang bagian dalam dan bagian luar," tulis Sarah Milkovich, anggota tim sains HiRISE di University of Arizona, seperti dimuat Space.

Sebelumnya, para ilmuwan telah memeriksa kawah bertingkat untuk memperkirakan ketebalan lava yang mengalir di Bulan dan di beberapa tempat lain.

"Sublimasi yang merata dan erosi periglacial bahan es yang kaya terbuka di bagian dalam kawah dapat menjelaskan mengapa tonjolan itu relatif sedikit melenceng, tidak tepat di tengah, dari teras dan tepi kawah yang lebih besar," tulis Milkovich. Tonjolan di tengah kawah 'mata banteng' juga bisa dijelaskan dengan teori bahwa itu adalah dampak tubrukan.

Sebelumnya, HiRISE mengungkap penampakan wajah Mars yang diambil satelit Viking 1 milik Amerika Serikat pada 25 Juli 1976. Penampakan itu memicu ribuan teori konspirasi.

HiRISE menunjukkan wajah manusia di Mars adalah bukit batu besar di tengah gurun pasir.

Gambar yang dihasilkan HiRISE adalah foto terdekat dari obyek fenomenal itu. HiRISE mengambil gambar tersebut dari satelit Reconnaissance yang mengorbit 300 kilometer di atas Mars -- jauh lebih dekat dari posisi tahun 1976, 1.873 kilometer.
WAJAH DI MARS


Kehidupan Mars, Cari Buktinya di Nili Fossae
Nili Fossae di Mars (CSM/NASA)
Pencarian kehidupan lain di luar angkasa kini mengarah ke dua tempat. Pertama, Titan. Satelit Saturnus itu memiliki danau metana dan etana, serta Enceladus, dengan uap-uap air -- kondisinya seperti tempat yang bisa ditinggali sebuah kehidupan.

Fokus kedua mengarah ke Mars, yang terdekat dengan Bumi. Sebab, planet merah itu memiliki deposit sulfat. Di Bumi, sulfat adalah lokasi penyimpanan  organisme kuno.

Besar kemungkinan, sulfat di Mars juga menyimpan rekam jejak kehidupan, sama halnya di Bumi.

Seperti dimuat situs Christian Science Monitor (CSM), di Mars terdapat lokasi yang yang kaya mineral yang disebut Nili Fossae.

Ini diduga adalah lokasi utama pencarian jejak-jejak kehidupan purba di Mars yang mungkin ada sekitar 4 juta miliar tahun yang lalu.

Dalam telaahnya, para ilmuwan menggunakan instrumen dari satelit NASA, Mars Reconnaissance Orbiter untuk mempelajari batuan lempung karbonat yang ada di permukaan Mars. Lapisan itu diduga kuat merupakan peninggalan era kuno Mars yang disebut juga Periode Noachian.

Para ilmuwan tak menyimpulkan bahwa Nili Fossae adalah bukti aktual keberadaan mahluk hidup di Mars. Baru sekedar kemungkinan.

"Kami berpendapat, aktivitas hidrotermal di Nili Fossae menyediakan energi untuk aktivitas biologis di Mars di masa-masa awal," kata ilmuwan pencari mahluk ekstraterresterial Search for Extraterrestrial Intelligence Institute (SETI), Adrian Brown.

Tamuan ini akan dijelaskan dalam jurnal Earth and Planetary Science Letters.

Brown dan koleganya mempelajari pembentukan hidrotermal batuan tanah liat-karbonat di daerah Nili Fossae di Mars.

Hasil penelitian mereka menunjukkan ada kesamaan antara formasi batuan karbonat di Nili Fosae dengan jejak kehidupan dan biologis awal di Bumi, khususnya di wilayah Australia Barat.

Kondisi Nili Fossae mirip daerah East Pilbara di Australia Barat -- yang menyimpan bukti keberadaan kehidupan di masa awal Bumi.

"Dalam artikel itu, kami membahas potensi  Archean vulkanik di daerah Pilbara Timur Barat Australia sebagai analog untuk Noachian Nili fossae di Mars," kata Brown.

"Mereka mengindikasikan adanya biomarker --  atau bukti dari keberadaan organisme hidup."

Nili Fossae adalah salah satu dari tujuh calon lokasi pendaratan pesawat tak berawak NASA, Mars Science Laboratory, dalam misi berikut.


Bumi Dibombardir Sinar Kosmik Bintang Mati
Partikel-partikel itu tiba bukan dalam kondisi "seragam" dari semua arah. 

Sinar kosmik dengan pola aneh tak beraturan membombardir Bumi dari luar angkasa. Fenomena ini ditangkap oleh eksperimen IceCube Neutrino Observatory yang dibangun jauh di dasar lapisan es Antartika.

Sinar kosmik merupakan partikel energi tinggi di angkasa luar yang diduga berasal dari sisa-sisa bintang mati. Namun, IceCube mendeteksi bahwa partikel-partikel itu tiba bukan dalam kondisi "seragam" dari semua arah.

Seperti dilansir Livescience.com, edisi 30 Juli 2010, studi menunjukkan bahwa sinar kosmik berlebih datang dari satu bagian di langit, dan sinar kosmik yang kurang kadarnya datang dari bagian lain.

"IceCube sebenarnya bukan dibangun untuk mengamati sinar kosmik. Sinar kosmik hanya dianggap latar belakang saja," kata peneliti dari University of Wisconsin-Madison, Rasha Abbasi.

Studi-studi sebelumnya telah menemukan adanya kemiripan kemiringan (yang disebut anisotropy) di langit di atas Kutub Utara Bumi. Namun, baru kali ini ilmuwan melihat pola-pola aneh tersebut di langit benua paling ujung selatan planet Bumi.

"Namun, kami punya miliaran event mengenai sinar kosmik yang kemudian menjadi sangat menarik," tambahnya.

Abbasi mengatakan, salah satu penjelasan untuk mengungkap misteri sinar kosmik ini adalah bahwa sebuah bintang kemungkinan mati dalam ledakan supernova di yang relatif dekat dengan (Kutub Selatan), dan sisa-sisa ledakan itu mungkin bercampur membentuk sinar kosmik yang mendominasi sinyal-sinyal yang diterima oleh IceCube.

"Pada awalnya, kami tidak tahu apa yang harus kami harapkan," kata Abbasi. "Melihat anisotropy ini meluas ke langit Kutub Selatan merupakan hasil tambahan dari efek-efek misterius, entah itu karena daerah magnetis yang mengelilingi kami atau karena sisa-sisa ledakan supernova di sekitar sini," terang Abbasi.

Apakah misteri tersebut bisa diungkap atau tidak, observasi ini bisa membantu ilmuwan untuk lebih memahami sinar kosmik yang terbentuk. Penemuan oleh IceCube mengenai sinar kosmik ini dijelaskan secara detail dalam jurnal Astrophysical Journal Letters edisi 1 Agustus 2010.


Badai 'Setan' Terekam di Mars
Badai 'setan' di Planet Mars (NASA)
Setelah hampir enam tahun, wahana Opportunity milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menjelajahi planet Mars. Pertamakalinya, wahana ini merekam badai debu 'setan' sejak enam tahun lalu.

Seperti dilansir Space.com, edisi 29 Juli 2010, gambar yang ditampilkan Opportunity tidak seperti rekaman gambar yang ditampilkan robot kembar Spirit.

Opportunity memperlihatkan formasi angin seperti tornado dengan jelas. Gambar badai debu 'setan' itu berulang kali terekam.

Gambar badai itu diambil pada 15 Juli dengan menggunakan kamera panorama bertiang yang juga biasa digunakan di pegunungan. Opportunity berhasil mengambil gambar badai berikut dengan kolom ketinggian anginnya yang berpilin.

"Ini adalah gambar pertamah badan setan yang dikirim Opportunity," kata Mark Lemmon dari Universitas A&M Texas, yang juga anggota tim penjelajah.

Opportunity mengambil gambar ketika melihat badai itu di sekitar tenggara Planet Merah. Jaraknya sekitar 70 meter dari pusat pengambilan gambar.

Saat terjadi badai debu itu, Wahana Opportunity dan robot kembar Spirit sedang terkepung badai. Tetapi, gambar yang berhasil diambil Opportunity dinilai lebih baik.

Wahana ruang angkasa yang berada di Mars itu memiliki kemampuan fotografi. Maka itu, kejadian yang terekam ini merupakan momen langka. Posisi badai itu terletak di Meridiani.

Badai ini angin yang berputar-putar ini mungkin sudah lumrah dan biasa bagi dua wahana NASA itu. Tetapi, dengan terekamnya kejadian itu dengan baik dapat memberikan manfaat bagi peneliti.

Opportunity dan Spirit mendarat di Mars pada 2004. Misi awalnya hanya berlangsung selama tiga bulan pertama.


Meteor Jatuh di Tengah Pertandingan Kriket
Meteor Jatuh di Afrika Selatan (youtube.com)
Dua penonton kriket di Sussex, Inggris tidak menyangka menyaksikan peristiwa yang langka. Jan Marszel (51) dan Richard Haynes (52) melihat meteor jatuh di lapangan kriket.

Seperti dilansir Telegraph.co.uk edisi 27 Juli 2010, batu meteorit itu melintas dan disaksikan dua penonton kriket yang sedang menyaksikan jalannya pertandingan.

Batu meteorit yang berukuran panjang sekitar 5 inchi itu dipercaya berusia 4,5 miliar tahun. Saat terjatuh dan menghujam tanah, batu itu pecah menjadi dua bagian.

"Kami sedang duduk di dekat pembatas pagar. Tiba-tiba, kami melihat benda kecil gelap menuju ke arah kami. Batu itu pecah menjadi dua bagian. Satu ke arah dada saya, satu lagi ke arah pembatas," kata Marszel yang juga konsultan IT.

Benda itu mendarat hanya sekitar dua meter dari tempat Marszel. Pasangan ini akhirnya memutuskan untuk menyimpan dua bagian meteorit untuk disimpang sebagai kenang-kenangan bersejarah.

Haynes, yang juga seorang pensiunan tidak menyangka apa yang dilihatnya. Saat melihat ke langit, dia melihat ada benda hitam melintas di hadapannya.

"Pada saat yang sama kami mendongak. Kami melihat benda hitam ke arah kami. Tapi kami tidak tahu apa itu," ujar Haynes .

Dia melihat sendiri benda itu datang dari langit. Mereka yakin batu itu bukanlah perbuatan orang iseng yang melempar.

"Kami lihat batu meteorit itu dari langit, dan langsung menghujam tanah. Itu benar-benar meteorit," kata dia.

Dr Matthew Genge, pakar meteorit dari Imperial College, London mengatakan, "Jika benda itu terbukti meteorit, maka ini kejadian yang sangat langka," kata Genge.

Menurut dia, kejadian ini sangat menarik. "Bila terbukti, ini menjadi meteorit pertama di Ingrris sejak 1992. Benda itu memiliki rahasia terbentuknya tata surya kita.


Asteroid 1999RQ36 Mengancam Bumi pada 2182
Asteroid (Corbis)

Sebuah asteroid berukuran besar memiliki kemungkinan terhempas ke Bumi.

Asteroid yang disebut 1999RQ36, memiliki peluang  menabrak Bumi 1: 1.000 pada tahun 2182 -- seperti diungkapkan ilmuwan, Maria Eugenia Sansaturio dari Universidad de Valladolid, Spanyol.

Sansaturio dan beberapa ilmuwan lain menggunakan model matematika untuk menentikan risiko asteroid 1999RQ36 menabrak Bumi pada tahun 2200.

Namun, mereka menemukan risiko itu datang 18 tahun lebih awa' Ada dua peluang potensial asteroid menabrak Bumi di tahun 2182.

Detil penelitian ini dimuat dalam jurnal ilmiah, Icarus.

Asteroid 1999 RQ36 ditemukan pada tahun 1999, ukuran panjangnya sekitar 560 meter. Batu angkasa sebesar ini -- menurut National Academy of Sciences -- bisa menyebabkan kerusakan secara luas di Bumi.

Para ilmuwan telah melacak asteroid orbit 1999RQ36 melalui pengamatan optik dan 13 survei radar. Namun masih ada ketidakpastian yang disebabkan dorongan lembut yang diterima dari efek Yarkovsky.

Efek Yarkovsky -- namanya sama dengan insinyur Rusia, IO Yarkovsky -- menggambarkan asteroid memperoleh momentum dari radiasi termal yang dipancarkan dari 'sisi gelap'-nya.

Selama ratusan tahun, efek tersebut memiliki pengaruh yang substansial pada orbit asteroid.

Sansaturio dan rekan-rekannya menemukan bahwa melewati tahun 2060, tipis kemungkinan tabrakan terjadi antara 1999RQ36 dengan  Bumi.

Namun, peningkatan ganjil terjadi pada 2080 -- saat orbit asteroid mendekati Bumi.

Asteroid lalu akan menukik dan menjauhi Bumi -- kemudian pada tahun 2162 dan 2182 --kembali berayun mendekat ke Bumi. Ini adalah tarian orbital yang rumit, yang membuat penjabaran makin sulit dilakukan.

"Risiko dari kompleksitas dinamik ini tak hanya memunculkan kemungkinan dampak yang besar, tapi juga prosedur defleksi yang realistis (deviasi jalan) hanya dilakukan sebelum 2080, atau sebelum 2060," kata Sansaturio.

Dia menambahkan, setelah tahun 2080, Bumi  akan lebih sulit untuk menangkis asteroid.

Penemuan ini menguatkan pendapat bahwa  bahwa pemantauan dampak asteroid  harus lebih dari 80 atau 100 tahun sebelum bencana tiba. "Mungkin satu abad sebelumnya."

Dengan memperluas rentang waktu, para ilmuwan akan punya peluang lebih besar untuk mengidentifikasi batuan ruang angkasa yang paling mengancam dengan waktu yang cukup -- untuk mempersiapkan teknologi dan finansial, mencegah kehancuran di Bumi.


Ditemukan, 100 Planet Mirip Bumi
Ini menguatkan dugaan kemungkinan bahwa manusia Bumi tidak sendirian di jagat raya.
Teleskop Kepler menemukan lebih dari seratus planet yang besarnya seukuran Bumi. Penemuan tersebut terjadi beberapa pekan lalu setelah Kepler memindai langit untuk menemukan keberadaan planet yang mengorbit bintang.

Penemuan ini menguatkan dugaan mengenai kemungkinan bahwa manusia Bumi tidak sendirian di jagat raya ini.

Ilmuwan menduga ada sekitar seratus  planet di Galaksi Bima Sakti dengan kondisi yang sesuai, yang memungkinkan terjadi kehidupan. Mereka berharap bisa mengidentifikasi sekitar 60 planet mirip Bumi ini dalam kurun dua tahun mendatang.

Pakar astronomi, Dimitar Sasselov, seperti dikutip dari laman Daily Mail, mengatakan, bahwa teleskop mengungkap 140 planet berbeda yang memiliki ukuran mirip Bumi. "Penemuan luar biasa ini memenuhi impian Copernicus," kata Sasselov.

Kepler, yang diluncurkan Januari tahun lalu, menemukan planet-planet dengan mendeteksi tiap kali sebuah planet melintasi satu sisi sebuah bintang. Planet-planet tersebut lewat dengan sangat cepat dan hanya bisa tertangkap oleh teleskop.

Sasselov memaparkan penemuan Kepler dalam konferensi TEDGlobal di Oxford pekan lalu. "Kehidupan adalah sistem kimia -- kehidupan membutuhkan sebuah planet, air, dan bebatuan, dan kimia kompleks untuk mengawali kehidupan dan bertahan," kata Sasselov.

"Masih banyak yang perlu dilakukan dengan data-data statistik ini, tetapi jelas ada planet mirip Bumi di luar sana. Galaksi Bima Sakit kita kaya akan jenis planet seperti itu," lanjutnya.

Pada tahap berikutnya, tim ilmuwan akan mempelajari semua calon planet dan mencoba meneliti planet mana yang memiliki lingkungan untuk makhluk hidup. Sasselov mengatakan, dalam 15 tahun terakhir, hampir 500 planet ditemukan mengelilingi bintang lain di galaksi, tetapi hingga sekarang, hanya beberapa yang dinilai memiliki kemiripan dengan Bumi.


Bintang Ini 20 Kali Lebih Besar dari Matahari
Bintang muda IRAS (kiri atas) difoto oleh Teleskop Spitzer milik NASA (NASA/JPL-Caltech/ESO/Univ. of Michigan)

Menurut pantauan teleskop NASA, bintang IRAS berjarak 10.000 tahun cahaya

Suatu teleskop luar angkasa berhasil memotret sekumpulan bintang yang berada di galaksi lain. Salah satunya adalah sebuah bintang muda yang diyakini berukuran 20 kali lebih besar dari matahari.

Demikian ungkap ilmuwan yang bekerja sama dengan peneliti dari Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Peneliti NASA, Stefan Kraus dan astronom dari Universitas Michigan, Ann Arbor, mengungkapkan bahwa penemuan itu dalam rangka meneliti bagaimana bintang-bintang besar lahir di jagat lain.  

Seperti dikutip di laman resmi NASA, Rabu 14 Juli 2010, Kraus mengungkapkan bahwa Teleskop Luar Angkasa milik NASA, Spitzer, berhasil merekam gambar suatu bintang yang dinamakan IRAS 13481-6124. Gambar dari Teleskop Spitzer itu juga didukung oleh pantauan dari stasiun teleskop di Chile.

Bintang itu berlokasi di konstelasi Centaurus, yang berjarak 10.000 tahun cahaya. Massa IRAS 20 kali lebih besar dari matahari. "Ini merupakan kali pertama benda seperti itu bisa terpantau," kata Kraus.

Melalui pencitraan Spitzer, para peneliti juga menyaksikan bahwa bintang itu dikelilingi oleh kumpulan gas dan debu sehingga menyerupai cakram. Fenomena seperti juga terjadi pada bintang-bintang yang lain. "Cakram itu sangat mirip dengan apa yang telah kami lihat pada bintang-bintang muda, yang bentuknya lebih kecil, namun tetap saja besar," kata Kraus.

Menurut dia, gambar dari Spitzer kali ini menghasilkan citra yang lebih jelas dari yang pernah diperlihatkan sehingga membantu para ilmuwan untuk memahami lebih baik akan lahirnya bintang di jagat lain.


Peneliti Yakin Bumi Kiamat Tiap 27 Juta Tahun
 Lalu di tahun berapa kiamat berikut akan terjadi? 2012? 
Para peneliti kini 99 persen yakin bahwa peristiwa kehancuran massal di Bumi terjadi secara reguler, seteratur jarum jam berputar. Begitulah temuan para ilmuwan dari Universitas Kansas dan Smithsonian Institute di Amerika Serikat setelah mereka memetakan semua armagedon sejak 600 juta tahun yang lalu. Astrofisikawan dari Universitas Kansas, Dr. Adrian Melott, dan palaeontologis dari Smithsonian Institute, Dr. Richard Bambach, mengungkapkan dalam kurun waktu itu kiamat di Bumi terjadi setidaknya tiap 27 juta tahun sekali.

Dan penyebab kiamat mendatang, menurut para peneliti itu, ternyata bukanlah pemanasan global.
Lalu apa?
Planet kita selalu melintasi hujan komet tiap 27 juta tahun, dan ternyata sangatlah jarang Bumi berhasil lolos dengan selamat. Selama 20 kali melewati cobaan maut itu, Bumi hanya berhasil lolos dari lubang jarum dan mempertahankan sebagian besar organisma biologis yang hidup di atasnya, sebanyak enam kali saja.
Yang paling terkenal adalah bencana dahsyat 65 juta tahun lalu, saat asteroid selebar 15 kilometer menghantam Bumi--di titik yang sekarang merupakan wilayah Meksiko--dengan kekuatan miliaran kali bom atom dan lalu menyapu habis Dinosaurus dari muka Bumi.
Lebih celaka lagi, periode putaran kiamat ini tak akurat betul. Terkadang, asteroid-asteroid menghantam semua makhluk hidup di muka bumi, 10 juta tahun lebih cepat dari yang semestinya.
Tapi, janganlah buru-buru panik. Masih ada kabar baik.
Ini menyangkut Nemesis, bintang kembar gelap dari matahari. Selama ini, Nemesis selalu dituding jadi biang keladi. Teori umumnya begini: tiap 27 juta tahun sekali, Nemesis melintasi sabuk raksasa debu dan es yang disebut awan Oort, dan gara-gara itu lalu melontarkan komet-komet ke Bumi.
Sekarang, para ilmuwan mengatakan: karena skenario kiamat terjadi secara begitu reguler, Nemesis tidaklah mungkin jadi penyebab utama karena orbitnya akan mengalami perubahan dalam kurun waktu sebegitu lama.
Tapi, ini bukan berarti bahwa Nemesis--yang terletak sekitar satu tahun cahaya dari matahari--tidak akan lagi menyemburkan komet-komet awan Oort-nya ke seantero galaksi kita. Sekarang ini, komet-komet itu sedang menghajar planet-planet lain di luar Bumi.
Jadi, karena armagedon terakhir terjadi 11 juta tahun lalu, maka berdasarkan teori ini, Bumi baru akan kiamat pada tahun 16.002.010--bukan dua tahun mendatang, seperti yang difilmkan Roland Emmerich di "2012."
Artinya, silakan Anda menghirup nafas lega-lega--sepanjang pemanasan global tak segera menciptakan kiamat yang lain.



Rahasia Di Balik Ukuran Raksasa Jupiter


Jupiter adalah planet terbesar di tata surya. Ukurannya 120 kali dari Bumi. Namun, pengukuran terbaru melalui pesawat luar angkasa mengungkapkan inti planet itu paling banyak berukuran 10 kali lipat dari planet yang kita tinggali.

Studi terbaru tentang Jupiter menemukan bahwa, planet raksasa itu memiliki inti yang sangat kecil dibandingkan dengan ukurannya yang besar. Ilmuwan meyakini, Jupiter jadi planet terbesar di Galaksi Bima Sakti karena ia menelan planet-planet kecil lainnya, sebelum membesar. 

Seperti dimuat dalam situs sains, New Scientist, inti Jupiter diduga mengalami evaporasi dalam tabrakan besar dengan sebuah planet yang ukurannya 10 kali lipat dari ukuran Bumi. Studi ini memberikan wawasan baru ke sebuah proses yang sengit di awal pembentukan tata surya kita.

Peneliti dari Universitas Peking, Cina telah meniru apa yang mungkin terjadi dalam peristiwa tumbukan itu. Simulasi yang dilakukan menunjukkan, planet berbatu yang mendekat ke Jupiter akan diratakan saat membentur atmosfer planet raksasa itu. Setengah jam kemudian, planet itu akan jatuh ke dalam inti Jupiter. Unsur-unsur berat dalam inti seperti logam akan menguap dan kemudian bercampur dengan hidrogen dan helium di atmosfer Jupiter. Para ilmuwan yakin, ini mungkin menjelaskan mengapa inti Jupiter sangat kecil tapi atmosfernya sangat padat.

Douglas Lin dari University of California mengatakan, bahwa meskipun planet yang lebih kecil tidak menabraknya, Jupiter akan terus tumbuh menjadi sebuah planet raksasa dengan sendirinya.

Tim peneliti mengatakan, elemen dalam planet Saturnus juga mungkin disebabkan oleh hal serupa, tubrukan dengan planet yang lebih kecil.

Planet-planet di tata surya diciptakan oleh tabrakan antara planet-planet kerdil yang mengorbit Matahari, yang kala itu juga baru lahir. Dalam proses tabrakan itu, planet-planet kecil mencair dan membentuk planet-planet yang lebih besar.
Bumi dan Bulan merupakan hasil dari tabrakan antara dua planet raksasa seukuran Mars dan Venus.

Proses tabrakan terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam, dan suhu bumi saat itu sangat tinggi, sekitar 7.000 derajat Celcius, di mana batuan dan logam bisa mencair.

(Berbagai Sumber) 



Ditemukan, Gua Misterius di Planet Mars
Kutub Utara Planet Mars (NASA/Caltech/JPL/E. DeJong/J. Craig/M. Stetson )
Sekelompok pelajar sekolah menengah di California menemukan sebuah gua misterius di Planet Mars. Penemuan itu bukan dilakukan dengan mengunjungi planet merah tersebut, tetapi dengan melakukan studi terhadap foto-foto yang diambil oleh pesawat angkasa luar NASA yang mengorbit Mars.

Seperti dikutip dari Space, Senin, 21 Juni 2010, ke-16 siswa kelas 7 kelas ilmu pengetahuan Evergreen Middle School di Cottonwood, California, Amerika Serikat, itu juga menemukan sebuah lubang Martian di di atap gua di Mars.

Kata martian merupakan istilah untuk menyebut segala sesuatu yang berkaitan dengan Planet Mars. Namun, kata Martian lebih sering digunakan untuk menyebut penghuni asli Mars meski masih secara hipotesis karena belum bisa dibuktikan kebenarannya.

Para siswa yang menemukan gua dan lubang misterius tersebut berpartisipasi dalam Mars Student Imaging Program di Mars Space Flight Facility, Universitas Arizona

Lubang yang baru ditemukan tersebut menyerupai objek berupa lubang kawah yang ditemukan di bagian lain Mars dalam studi yang dilakukan oleh ilmuwan Geological Survey AS,  Glen Cushing, tahun 2007.

Cushing mengatakan, lubang kawah ganjil tersebut menyerupai tempat di mana satu bagian kecil di atap sebuah gua atau tuba lava ambruk, membuka daerah di bawahnya hingga bisa menatap langit.

"Lubang ini baru bagi kita," kata Cushing pada para siswa. "Dan ini merupakan objek kedua yang bisa diasosiasikan dengan Pavonis Mons," lanjutnya.

Pavonis Mons adalah satu dari tiga kawah yang berada di khatulistiwa Planet Mars. Cushing memperkirakan lubang pada gua berukuran 190 x 160 meter, dan setidaknya memiliki kedalaman 115 meter.

Para siswa menggunakan foto utama dan foto tambahan dari gunung api Pavonis Mons. Gambar yang diteliti oleh para siswa diambil oleh pesawat Mars Odyssey milik NASA yang menggunakan instrumen Thermal Emission Imaging System (THEMIS).


Hayabusa dan 'Ancaman' Asteroid Aphopis 2036
Satelit Hayabusa buatan Jepang ( Japanese Aerospace Exploration Agency (JAXA)
 Ada banyak alasan kita peduli asteroid. Ia bisa membahayakan juga bisa jadi tambang logam.

Teka-teki mengenai asteroid diharapkan terjawab dengan mendaratnya pesawat luar angkasa buatan Jepang, Hayabusa -- yang akan membawa sampel asteroid pertama ke Bumi. Contoh yang dibawa Hayabusa tentu saja yang belum terbakar atmosfer.

Satelit buatan Badan Antariksa Jepang atau Japanese Aerospace Exploration Agency (JAXA) ini menjelajah asteroid 25143 Itokawa sejak 2005.  Hayabusa diharapkan mendarat di Australia Selatan, Minggu 13 Juni 2010.

Para ilmuwan berharap contoh batu yang dibawa Hayabusa akan menjawab teka-teki, apa yang tidak kita ketahui tentang asteroid.

1. Asteroid akan menjelaskan asal usul tata surya
"Material dalam asteroid merepresentasikan bahan-bahan penyusun planet," kata wakil kepala penyidik dalam misi Dawn NASA, Carol Raymond.

Posisi sabuk asteroid terletak di antara planet-planet dan gas raksasa di luar tata surya, sampel asteroid mungkin memberi petunjuk mengapa planet-planet yang ada memiliki ciri dan sifat yang beragam.

Contohnya, meski asteroid Vesta dan planet kerdil Ceres diperkirakan terbentuk dalam waktu bersamaan -- antara 10 juta tahun pertama eksistensi tata surya -- keduanya memiliki komposisi yang berbeda. Vesta, di beberapa titik pernah meleleh dan kemudian mengeras kembali. Sedangkan Ceres tak pernah 'mencair'.

Menurut Raymond, Vesta kemungkinan mengalami tubrukan berkali-kali atau mengalami peluruhan radioaktif. Dengan mempelajari asteroid, ilmuwan berharap bisa memecahkan misteri pembentukan tata surya.

2. Membantu kita makin memahami asal-usul kehidupan
Para ilmuwan belum memahami sepenuhnya bagaimana bentuk kehidupan pertama muncul di muka bumi dari benda organik yang tak hidup. Asteroid diharapkan menjawab teka-teki itu.

Asteroid, seperti 2 Pallas dan 10 Hygiea -- yang diyakini pernah memiliki kandungan air diperkirakan memiliki senyawa organik (berbasis karbon). Saat ini, asteroid-asteroid itu memiliki komposisi yang lebih primitif dari Bumi --  mereka lebih mirip kondisi yang ada di tahun-tahun awal tata surya.

Dengan mempelajari asteroid, kita dapat belajar tentang bagaimana kehidupan muncul di planet kita sendiri.

"Ada asteroid yang kondusif untuk kehidupan di masa lalu," kata Raymond.

Juga, para ilmuwan berpendapat asteroid yang mendarat di Bumi di masa lalu memiliki kontribusi pembentukan kehidupan di Bumi.

3. Kita mungkin bisa menambang logam di asteroid
"Asteroid bisa jadi sumber logam berharga," kata Carol Raymond. Namun, untuk memastikan ada material yang bisa ditambang, kita harus mengetahui komposisi asteroid dan aspek teknik dari perjalanan ke asteroid.

Selain alasan ekonomis, tambang, asteroid juga menarik untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Sebab, dengan membandingkan asteroid dengan planet-planet, kita seakan mengambil irisan tata surya di waktu-waktu yang berbeda selama masa pembentukannya.

4. Asteroid bisa mengancam Bumi
Beberapa asteroid mengorbit di sekitar matahari dalam lintasan berbentuk oval memanjang -- asteroid bisa melewati orbit Bumi berkali-kali.

Kadang asteroid sangat dekat dengan Bumi. Misalnya pada januari 2010, asteroid 2010 AL30 -- yang lebarnya 11 meter -- melintas hanya dalam jarak 80.000 mil atau 130 ribu kilometer dari Bumi.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah Asteroid Aphopis yang diperkirakan sangat dekat dengan Bumi pada 13 April 2036. Meski NASA memprediksikan Aphopis masih dalam jarak aman, 18.300 kilometer di atas permukaan bumi, ukuran asteroid itu dua kali lapangan sepakbola.

Meski kemungkinan kecil membuat kerusakan global ala film-film Hollywood, asteroid ini dikhawatirkan akan menimbulkan bencana regional di Bumi.

5. Kita bisa menjelajahi asteroid
Pada April lalu, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama mengumumkan visi penjelajahan luar angkasa Amerika Serikat, mengunjungi asteroid pada 2025.

Sementara, astrofisikawan sekaligus mantan astronot, John Grunsfeld mengatakan, tujuan dari proyek itu kemungkinan adalah mengirim manusia ke asteroid untuk memindahkan asteroid atau membelokkan arah geraknya.

Jika bisa dilakukan, itu adalah prestasi, menunjukkan kecerdasan yang dimiliki manusia bisa menghindarkan malapetaka bagi Bumi.

"Dengan pergi ke asteroid terdekat dengan Bumi, atau bahkan mengendalikan arah geraknya, kita akan menunjukkan bahwa manusia bisa berbuat banyak daripada dinosaurus 65 juta tahun yang lalu," kata Grunsfeld.

Seperti diketahui, spesies dinosaurus musnah, diduga kuat akibat tumbukan satu atau lebih asteroid.




2011, OBJECT LUAR ANGKASA TERJAUH YANG DAPAT TERLIHAT

Objek terjauh yang bisa dilihat adalah sebuah galaksi yang masih belum memiliki nama,
pengenalnya hanyalah sebuah kode, A1689-zD1. Galaksi ini hanya bisa dilihat dengan menggunakan teleskop terkuat dengan teknologi terbaru yang pernah dibuat manusia sampai saat ini,
Teleskop ruang angkasa Hubble yang di gabung dengan Teleskop ruang angkasa Spitzer.
Tidak hanya itu, untuk dapat melihat galaksi ini merukapan hal yang tidak mudah.
Selain menggunakan NICMOS-nya Hubble yang di gabung dengan Spitzer,
para ilmuan yang ngurus hal-hal ginian harus juga melakukan beberapa trik yang disebut dengan Gravitational Lensing atau lensa gravitasi.
Wow…!!! Bayangkan betapa luasnya alam semesta ini.
Bintang terdekat dengan kita, Matahari, hanyalah sebutir pasir diantara seluruh pasir yang ada di dunia ini.
Bingung? Masak sih? Ok… gini ya.
Bumi, planet tempat kita berpijak adalah satu dari 8 planet yang mengitari matahari.
Matahari adalah satu dari miliaran bintang di galaksi kita, Bimasakti.
Bimasakti adalah satu dari miliaran galaksi di alam semesta kita.
Jadi perbandinmgan diatas sangat masuk akal, walaupun — menurut saya — masih kurang.
1 detik cahaya = 300.000 km
1 tahun cahaya = 9.500.000.000.000 km
13.600.000.000 tahun cahaya adalah sama dengan 129.200.000.000.000.000.000.000 km.
Bila anda memiliki pesawat yang bisa membawa anda bulak-balik dari Jakarta ke ujung timur pulau Bali sebanyak 300 kali dalam satu detik,
maka anda akan tiba di sana setelah melakukan perjalanan selama 13.600.000.000 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar